Bisakah sempurna?



Jaman aku masih SMP, aku selalu mendambakan kulit yang putih bersih, badan yang ideal, hidung yang mancung, mata yang rada belo, bibir yang tipis dan segala yang berhubungan dengan yang katanya “Perfect”, Itulah keinginan-keinginan yang bikin aku jadi minderan dan jadi rada tertutup. Sampai suatu ketika aku menyadari hal yang menurut aku lucu yaitu ketika banyak orang bule yang bela-belain jemuran dan rebahan di bawah sinar matahari demi kulit “Tan”, sampai di titik itu aku mulai mikir satu hal sederhana “Kalau mereka pengen kulit “Tan” lah kok aku yang kulit “Tan” gini kebelet banget pengen putih?"

Pikiran pun menjalar kemana-mana, saat itu sudah sering banget denger kalimat “Bersyukurah maka akan kutambah nikmatmu” well, saat itu aku yang masih SMP cuma bisa mikir “Gimana mau bersyukur lah wong keadaannya metok kaya gini” ditambah lagi dulu waktu masih SMP lagi jaman-jamannya drama korea dengan pemain-pemain yang katanya dulu operasi plastic, jadi ceritanya waktu SMP itu kepikiran buat oprasi plastik juga haha, untungnya duit ga ada. Selamet deh, coba kalau duit ada terus saat itu operasi plastik yah pasti aku sekarang bakal menyesalinya.

Lambat laun dan seiring bertambahnya umur, aku mulai “Lelah ngeluh”. Iya,,, lelah,
berasa lelah aja tiap hari iri sama orang yang fisiknya lebih oke. Sampai akhirnya aku ngomong “Lah aku udah terlahir gini, terus mau diapain lagi. Terima aja, toh syukur-syukur punya anggota tubuh lengkap. Sukur-sukur juga tuhan nyiptain dalam bentuk manusia, bukan dalam bentuk kucing atau kelinci atau kura-kura”. Dititik ini aku udah mulai menyakini kalimat “Nikmat tuhan manalagi yang kamu dustakan” masa ini adalah masa-masa dimana aku mulai bisa “Enjoy” sama keadaan yang tuhan kasih. Makin hari ke “PEDE”-an aku mulai naik dan naik.
-
Sampai pada hari ini aku masih meyakini bahwa soal sempurna itu adalah ketika kita menerima apa adanya hal-hal dalam diri kita yang sudah ada sejak awal lahir. Balik lagi pada awalnya bahwa ga ada manusia yang sempurna, tapi dengan menerima apa adanya hal yang ga bisa dirubah menjadikan kita manusia yang “Mendekati sempurna” Pola pikir inilah yang bikin hidup aku makin hari makin asik dan bahagia *eaaa. PeDe naik dan minder berkurang drastis, sekarang aku kalaupun minder paling ya cuma sebentar sekitar 10-15 menit an. Setelah itu PeDe lagi *eaa

Menerima apa adanya yang “ga bisa dirubah”. Apa tuh maksudnya? Gini loh contoh kecilnya, misalkan mata kamu sipit nah itu ga bisa dirubah kan? Misalnya hidung aku pesek, nah itu ga bisa dirubah kan? Itu yang harus diterima. Tapi ingat bahwa kita harus merubah hal yang bisa kita rubah, misalnya dulu bego dan ga pinter bahasa Inggris, lalu belajar rutin dan terus-terusan akhirnya jadi pintar dan bisa. Intinya, rubahlah apa yang bisa dirubah. Terimalah apa yang tidak bisa dirubah, selesai.
-
Oh iya, satu hal yang perlu kamu tau, orang-orang tidak memperhatikan kekurangan kita seperti yang kita khawatirkan dan tidak ada yang bisa merendahkan kita tanpa ijin dari kita sendiri, jadi kalo kamu minder itu ya salah kamu. Toh siapa suruh membandingkan "kekurangan" kamu sama "kelebihan" org lain. Ga fair tau :p

You May Also Like

2 komentar

  1. I think it whats called living with other perception about ourselves.
    Secara fisik manusia tidak pernah merasakan kesempurnaan, semua bakal menua, berkerut, dan musnah ketika mati dimakan oleh alam. Semua konsep sempurna adalah hasil dari media.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya konsep sempurna tuh datang dari media. terutama iklan gan. tapi walaupun kita ga akan bisa sempurna, dengan pemikiran2 tertentu kita bakal bisa mendekati sempurna (walaupun gak dekat-dekat amat) haha

      Hapus