Sedih sih kalo lagi jauh terus ortunya kenapa kenapa gak bisa dateng. Duh.

Setiap orang punya cara tersendiri untuk mendidik anaknya itu biasanya tergantung kondisi ekonomi ataupun tradisi keluarga. Kita gak bisa bilang itu baik atau buruk. Karena pendapat orang itu beda beda.

Kalo aku boarding school waktu SMA dan kuliah di luar pulau. Rasanya jadi seperti mempraktekkan apa yang telah diajarin di lingkungan 😁

Enggak ada yang salah. Dari berbagai prespektif, keduanya benar.
Tidak ingin jauh dari keluarga, pun dengan pergi jauh untuk menuntut ilmu.
Kedekatan dengan keluarga juga bukan perkara mudah. Toh, mengeyam pendidikan bersama keluarga tidak menjaminnya bukan?

Hanya satu hal, manner dan attitude yang sudah tertanam sejak lahir dari keluarga lah yang akan dibawa oleh anak tersebut. Kemana pun ia 'kan pergi.

Haha, setiap pilihal selalu ada resiko sih menurutku. Dan sementara aku juga ada diposisi kayak yang km rasain ki, bedanya km terpisah negara kalo aku sih masih terpisah kota. Cuman terkadang aku juga mikir keras kalo obrolannya sampai yg kayak teman km bilang "sayang aja kalau kita sekolah jauh-jauh, bertahun-tahun, terus balik ke Indonesia tapi taunya orang tua udah engga ada". Itu rasanya nyesek banget dan pastinya setelah itu bikin takut yang berlebihan :')

Memang sih kebersamaan keluarga memang sangat penting, kalau udah jauh dari orang tua baru kerasa kangennya. Rasanya tuh saat saat gak bisa ngumpul sama keluarga, aku pengen banget satu hari aja minta waktu buat kumpul mereka. Dan disisi lain saat kita jauh dari keluarga kita lebih mandiri, lebih menghargai waktu kebersamaan. Ya, intinya sih kita harus banyak belajar aja hal hal positif yang kita dapatkan saat jauh dari keluarga. hehe

Persoalan di atas itu menurutku adalah soal bakti. Yakni sang anak ingin berbakti kepada orangtuanya, baik dalam rangka membalas budi maupun sebagai perwujudan rasa cinta. Keinginan ini adalah akibat dari pendidikan timur atau tradisional.

Sementara di sisi lain, ia ingin tetap bersekolah tinggi dan menjadi orang sukses ke depannya. Ia percaya, dengan cara itu ia akan bisa membuat orang tuanya senang, bangga, dan bahagia. Ini adalah sesuatu hal yang diajarkan oleh konsep pendidikan Barat atau modern.

Untuk menjawab persoalan itu, ada satu ukuran yang bisa dijadikan pegangan. Yakni bagaimanakah kondisi orang tua saat ini (pemikirannya, fisiknya, perekonomiannya, dan psikisnya).

Jika orang tua ybs masih menganut paham ketimuran, maka yang diperlu dilakukan sang anak adalah segera membersamai orang tuanya. Apalagi jika kondisi fisik, ekonomi, dan psikis orang tua sudah tidak memungkinkan untuk ditinggal.

Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya; orangtua menganut paham modern, kondisi fisik, ekonomi, dan psikisnya masih sangat memungkinkan untuk ditinggal, maka anak bisa dengan bebas menuntaskan cita-citanya.

Soal umur, kan relatif juga. Bisa jadi malah sang anak yang mendahului orangtuanya. Ya 'kan? 😂😂

Atau kalaupun orangtuanya meninggal sebelum melihat sang anak sukses (wisuda atau kaya), apakah itu artinya orangtua kita benar-benar tidak bisa menyaksikan dari alam lain?

Ini juga kita tidak tahu.😔😔

Dalem nih postingan. Daleeeeeeem. Daleeeeeeeeeem. Kalau postingan ini boleh dikasih genre, mungkin genrenya.... parenting. Dan rasanya aku pengen nimbrung di antara kamu dan Yola. Huahahaha.

Res, aku juga pernah mikir gitu sih. Mikir.... mikir gimana ya. Aha. Mikir ntar anakku mau aku apain? Maksudnya, akunya yang nggak sekolah tinggi-tinggi kayak orang, apa aku mau nerapin kayak gitu ke anak? Jawabannya sih enggak, aku pengen anakku sekolah tinggi biar nggak kayak emaknya yang begajulan ini. Tapi apa aku bisa ngelakuin lebih dari yang orangtuaku lakuin ke aku selama ini? Apa aku bisa kasih pendidikan di rumah sejak dini di rumah buat anakku? Apa aku dan suami bakal bisa kompak membina anak-anak kami? Pikiran-pikiran itu seringkali ngeganggu juga sih. Apalagi gimana ya... aku juga mikir apakah nanti aku bakal kerja terus? Anakku gimana kalau emak bapaknya kerja? Siapa yang ngedidik dia selain sekolah? Huhuhuhuhuhuhu berat.

Suka sama tulisan kamu, Res. Selalu suka. Selalu jujurlah dalam menulis kayak gini ya! Semangat ya sekolah jauhnya! Love youuu!

Setiap pilihan ada resikonya si 😊 Keluarga memang penting, terutama orangtua kita, tapi orangtua juga tidak akan selamanya ada menemani. Anak butuh diajar mendiri sekaligus berbakti dengan orangtuanya. Jadi yaaaa... *ngambang* #plak

Apapun yang terjai ke depannya itu misteri. Kita boleh menuntut ilmu jauh dari keluarga, yang terpenting adalah tetap berkomunikasi :-)

Wup. prancis..
hehee, salken. Kunjungan pertama nih, semoga aja sering-sering kalo nggak lupa :p
Ada notif pengikut google tapi kok, tenang aja hehe..

btw, sama sih kayak pikiran gue ketika kuliah di jogja.
jauh dari orang tua memang sulit, tapi gara-gara keinginan gue juga yang mau jauh-jauh ke jogja (ngak jauh ding, naik kereta sejam juga sampe). orang tua nggak lulus sd, dan gue nggak mau dong ngecewain mereka. kakak perempuan udah sarjana dan gue nyerah gitu aja masak. hehe

dilema sih.
ngakalin kalau jauh biasanya bertukar kabar sesering mungkin kalau gue. orang tua yang nggak bisa main gadget ya gue ngimbangin nelpon/sms. ya memang kuliah di kota sendiri bareng orang tua tetap bakalan jadi sarjana, namun sisi buruknya kita jadi nggak bisa nginjakin kaki sendiri. mandiri.

btw, kalau di jogja banyak orang-orang yang belajar bukan dari keluarganya, malah masyarakat dan keluarganya yang jadi pertama. contohnya banyak pekerja seni di sini yang ngak lulus smp, namun karya mereka banyak yang dihargai turis-turis.

Yak betuul! Setuju! Wah calon istri terakreditasi nih. Hahaha. \(w)/

Tak ada salahnya kalau kita ngejar cita-cita, seperti cari ilmu jauh. Memang, dengan begitu jadi jarang ketemu keluarga, tapi bukan berarti tak bisa kasih kabar sama sekali. Aku sendiri tetap berusaha kontak dengan orangtua. Bisa lewat pesan singkat, telfon ataupun yang lainnya. Aku rasa saat ini akan lebih mudah untuk masalah komunikasi.

Aku juga merantau, adek, ibu dan ayah semuanya berpisah. Maksudnya, aku di Jogja, adek Bekasi, bapa depok dan ibu di rumah (ciamis) dan aku punya jadwal tersendiri untuk selalu telfonan bersama, digabung gitu. Maksimal satu minggu sekali lah..he

Kalau lagi gak telfon, tentu doain orangtua setiap shalat. Aku yakin jarak jauh sekalipun, doa akan sampai. Apa yang disampaikan teh Kiki ini. Aku panggilnya kiki aja ya..hehe. Lanjut, yang disampai di tulisan ini sama seperti adeku yang sejak SMP sudah di masukan ke sekolah yang jauh jaraknya dari rumah.

Bukan tanpa alasan sebenarnya, orangtua juga pengen anak-anaknya pinter. Kebetulan aku dan adek sekolah jauh dari rumah itu pilihan sendiri, orangtua hanya kasih pilihan, kami yang menentukan. Aku juga meyakinkan kalau jauh dari orangtua ttp baik-baik aja. Karena aku sudah punya bekal yang sejak kecil orangtua ajarkan.

Memang setiap pilihan itu ada resikonya, terlebih rintangan yang dihadapi. Tapi itu semua pasti ada solusinya. Diluar sana tak sendiri, bakal ada teman yang sama dengan kita meninggalkan keluarga demi cari ilmu.

Aku selalu berusaha dimanapun berada untuk selalu berbuat baik seperti apa yang sudah diajarkan orangtua sedari kecil. Kebetulan aku dekat dengan ibu, bukan berarti dengan ayah gak. Maksudnya lebih dekat, misalnya kalau masalah curhat lebih seringnya ke ibu. Apapun itu, karena setiap masalah gak selalu bisa dipecahkan sendiri selain, makanya aku sering minta solusi sama ibu..hehe.

Soal umur kita gak ada yang tau, yang jelas tak pernah henti-hentinnya mendoakan, berbuat baik dan mengumpulkan bekal disaat pulang nanti. Apalagi di bulan yang suci ini, sangat bagus.

Aku percaya banget doa orangtua, khususnya ibu serta ridhonya itu sangat berpengaruh sekali. Maka dari itu, selagi orangtua masih ada, bahagian mereka. Satu hal yang bikin aku semangat, ibu selalu bilang, "Kamu pasti bisa"..

Semakin hari aku merasakan begitu berharganya orangtua, yang sedari anaknya lahir hingga dewasa terus membimbing dan mendidiknya dengan baik.

Aku setuju dengan teh Kiki, peranan orangtua sangat penting memang dalam urusan mendidik anak. Terlebih lagi seorang ibu. Karena ibu itu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya kelak :)

Iya juga, ya. Ada yang dikorbankan kalau sekolah/kuliah jauh. Waktu bersama keluarga yang berharga itu. :(

Tapi kalo kesempatan belajar ke luar negeri (misalnya lu nih) nggak diambil, sayang juga, kan. Ngerelain beasiswa misal. :(

Kudu lihat dari berbagai sudut pandang nih. O iya, tapi kadang gue bingung soal pola pikir di mana si anak yang harus lebih baik dari orang tuanya. Kalo orang tua sampai S3, anak harus S4 gitu? :( Hal lebih baik itu nggak cuma dari pendidikan, kan. Dan kayaknya susah. Anak dan orang tua meskipun satu darah, tentunya tetep beda sifat atau karakter. Takutnya kalau orang tua nyuruh seperti itu, nanti jadi beban bagi si anak. Heheh. Komen apa dah ini gue. Aduh.

Btw, kalimat "sangat subjektif sekali" itu malah pemborosan, Ki. Jadi pleonasme gitu haha. Sangat subjektif udah cukup. :p

masing-masing pilihan punya keuntungan dan risikonya sendiri. keluarga pun begitu, apalagi tentang menuntut ilmu yang mana baik bagi dunia dan akhiratnya. dulu ada seorang lelaki kenalan sahabat rasulullah yang sangat baik dan tinggal berdua dengan ibunya. suatu ketika, si anak dapat kesempatan memperdalam ilmu ke tempat yang jauh, dengan terpaksa, si ibu melepaskan si anak pergi. namun setelahnya, hanya ratapan yg didapat si ibu. karena restu ibu merupakan restu allah, di perantauan, si anak mengalami musibah, yang akhirnya membuat si anak cacat dan dipulangkan. ketika si anak sampai ke rumah ketemu ibunya, ibunya bahagia seklaigus sedih. bahagia anaknya kembali, namun juga sedih dengan keadaannya.

saya lupa kesimpulan lengkapnya yang diajarkan guru saya, tapi intinya, sebagai orangtua, ketika si anak sudah bisa mantap berdiri, siap menuntut ilmu lebih jauh lagi, si orangtua mestinya meridhoinya. agar anaknya dapat keberkahan. dan untuk si anak, jika bukan karena kebutuhan/keperluan yang sangat penting dalam berjuang, jangan pernah meninggalkan ibunya sendirian dalam waktu yang lama.

dari itulah, harus dibicarakan baik-baik kalo memang harus dijauhkan demi ilmu, toh ilmu yg dicari juga berguna untuk kehidupan anak dan ibunya tersebut di dunia dan di akhirat.

Menurut saya pribadi, mengejar ilmu nan jauh disana bukanlah hal yang salah tapi yang benar-benar keliru adalah kita tidak menjaga apa yang sudah orang tua percayakan dan perjuangkan demi anaknya menuntutilmu setnggi langit.

Memang benar sih, keluarga adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Dari sini merekamulai mengenal cara bersikap, membentuk karakter, dan mengenal dunianya. Tapi perlu diingat juga, sekolah adalah tempat mengembangkan diri lagi.

Sebagai anak perantauan juga, saya terbawa suasana tulisan mbaknya. saya mengerti perasaan mbak kayak gimana. bukan saya ingin mengajari tapi sekedar saran tetaplah belajar, tunjukkan pada orang tua bahwa kita tidak sia-sia di tanah orang lain.

Saya yakin orang tua pasti akan mengerti hal ini dan berharap anaknya bisa menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Ayo mbak semangat terus, insya Allah keluarga mbak setia mendukungmu.

Sebagai (bekas) mahasiswa perantau yang ngga merantau jauh-jauh banget dari rumah, pergi "keluar" rumah dengan tujuan kebaikan sih menurutku sah-sah aja mbak, apalagi buat nempuh pendidikan. asal kita bisa mengutarakan niat kita untuk belajar jauh dari rumah itu dengan baik, orang tua saya yakin akan mengerti dan bakal kasih dukungan buat anaknya :)

nah, kalau masalah moment kebersamaan bareng keluarga mungkin bisa diakali sama telepon atau seenggaknya ngasih kabar lewat sms atau WA, dsb. apalgi sekarang kan udah ada fitur video call, tinggal angkat hp, mau ngobrol sama orang rumah juga gampang. yaaa, walaupun kadang sayang sama kuota / pulsa, tapi kan lebih berharga pas bisa ngobrol langsung bareng bapak-ibu-saudara.

ini pengalaman sha banget sih, lulus sd terus tinggal di boarding school. nilai anjlok banget. dari sd yang selalu juara kelas langsung dapet ranking 20! sempet ngerasa kaya dibuang dll. Tapi sekarang sadar kalo keputusan itu supaya sha juh lebih mandiri. Well, dari pengalaman sendiri sha nyaranin kedua adik tidak boleh boarding school juga. Dan baru jauh dari rumah pas kuliah :)

Hmm, dalem jg ya kii ini postingnnya... Bingung mau komen gmna :'D

Emg sih, dlm mencapai suatu tujuan hrs ada hal yg dikorbankan :') Ya, kita hrs milih salah satu, gabisa kduanya.
Yg penting ttep kontekan sm ortu jgn lupa, biarpun gak ktmu tiap hri (bahkan smpe brtahun2 kmudian) seenggaknya dgn mghubungi mereka, sering nelpon atau minimal lwt chat, rasa kgn kita bsa sdkit terobati :)
Hmm, klo aku sndiri dri ortu dan kluarga gaboleh namanya skolah jauh2, jgnkan kluar negri, ke luar kota ngekos aja gak boleh.. Ya, kdg gue mmaklumi mgkin itu tanda sayang mreka ke gue. Trlebih lg gue anak satu2nya. Kdang gue ngerasa pgn sih tau dunia luar gtu, jauh2, tp ya kdang gue trlalu males buat berusaha mncapai apa yg gue mau. :'D Hehee,
Btw, mamaku malah krja d malaysia dri aku smp. Jd kita LDRan smpe skrg, nelpon dn chattingan hehe.

aku pas kuliah jauh dari ortu mba tapi disitu aku akhirnya belajar susahnya nagtur hidup sendri, ngehargain banget yg namanya uang bahkan ibuku meninggal dan aku ga ketemu buat terakhirnya tapi dari situ aku belajar mendewasakan diri untuk bisa mandiri

Emak babe gw mah ngelepasin gw mau sekolah kemanapun. Bebas....

Makanya gw udah terbiasa loncat sana-loncat sini buat sekolah

Halo mbak, ini pertama kali saya main kesini. Salam kenal sebelumnya.
Hm, kalau masalah seperti ini sih sepertinya tergantung, balik lagi ke visi keluarga itu, apa yang dijadikan tujuan. Karena kalau hal-hal kayak gini kan pasti ada banyak pertimbangannya hehe.

ini pertamakalinya mian ke blog km, hehe pas baca ceritanya seneng banget kamu mikir dari banyak sisi. Menurutku selama orang tua oke go a head. Aku bahkan bangga sama kamu loh bisa jauh dan berani ambil keputusan untuk merantau. Gue boro-boro waktu harus praktek di luar jakarta aja kelimpungan jauh dari orang tua, ga ada Mbak hahaha
Btw kamu jurusan apa sii?

Ki kok blog kamu aku buka via tab kebacanya separuh halaman ya, mmmm coba deh ceki cwki settingan xixii

Aku dulu termasuk yang dieman eman banget ama ortu, maksudnya karena lamaan jadi bungsu jadi pas smp ama sma dimasukkinnya swkolah yang deket rumah, tapi lepas kuliah barulah mereka percaya anak perempuannya ini bisa dilos jauhan dikit, yang penting klo kitanya jauh apalagi sampe beda negara ya kita punya tameng slias bisa jaga diri sesuai dg budaya ketimuran sik

Hmm.... Ini sbnrnya juga terjadi di aku.. Tapi stidaknya aku jauh dr ortu sejak smu sih.. Tk ampe smp msh ama ortu.. Cm jujur aja nih mba, hubunganku ama ortu dulu itu bisa dibilang ribut trus. Susah sepaham kita.. Ortu ku strict banget, sementara aku di umur segitu kurang bisa nerima kalo dilarang tp ga dijelasin alasannya kenapa. Makanya pas aku disekolahin di alazhar medan yg pake asrama (ortuku di aceh), aku seneng banget. Trs kuliah di kirim ke penang, makin seneng deh. Dan ajaibnya, hubungan kami malah membaik, walopun lwt telp komunikasinya. Tp stidaknya kita bisa ngobrol akrab. Ga perang kyk sebelumnya :D

Skr, aku merantau k jkt, msh jauh dr ortu, tp hub kami msh ttp baik. Jd mungkin utk sebagian orang, trutama, lebih baik jauh tp kita saling kangen dan bisa komunikasi lancar, drpd dekat cm ribut terus :p ..